Refleksi maulid nabi Muhammad saw

Tidak ada komentar



Dimomentum peringatan mauled nabi Muhammad saw ini, tidak pantas jika kita hanya mengucapkan selamat hari maulid nabi, atau met maulid, dan mungkin ada yang mengadakan ada peringatan dengan megundang penceramah atau ustad utuk memberikan tausiyah keagamaan saja, tapi lebih dari itu.

Peringatan maulid nabi Muhammad saw ini hendaknya kita maknai dengan semakin tumbuh rasa kecintaan kita tehadap nabi Muhammad saw dan bagaimana kita berusaha semaksimal mungkin untuk mengikuti , serta menjalankan sunnah-sunahnya.

Sebagai seorang muslim sudah selayaknya di moment peringatan maulid nabi Muhammad saw ini kita mengrefleksi kembali kisah perjalanan nabi Muhammad saw dan mempelajari kisah perjuangannya sebagai seorang kepala rumah tangga, masyarakat yang sosialis, seorang pembisnis, seorang misonaris yang agamis, dan sekaligus seorang kepala Negara.

Setelah kita memahami itu harapannya kita lebih mencintai nabi Muhammad saw dan mulai menjalankan sunnah sunnahnya sehingga tidak ada lagi alasan bagi kita untuk tida meneladani nabi Muhammad saw.

Refleksi cinta Nabi Muhammad Saw
Ketika kita membaca kata Refleksi cinta mungkin kita hanya mengingat kisah perjalanan rosulullah saja tapi jika kita melihat kondisi kehidupan di massa abad 21 ini banyak sekali umat manusia sudah mulai menjauh dan mulai meninggalkan risallah yang dibawah oleh nabi Muhammad saw apakah kita masih hanya mengingat- ingat saja? Tentu tidak.

Tentunya harus ada upaya untuk lebih memahami lagi kisah sejarah dengan pembelajaran dan penelaan yang lebih dalam yang disertai dengan pengimplementasian dalam bentuk nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Kondisi kehidupan masyarakat yang sudah mulai jauh dari agama saat ini, memberikan rasa keprihatinan tersendiri bagi kita yang merinduhkan kehidupan yang aman, nyaman , sejaterah dan dekat dengan agama.

Kondisi masyarakat yang sudah tidak sehat ini bisa kita lihat dalam kehidupan masyarakat kita yang lebih suka dengan hal – hal yang sifatnya instan mudah dan tanpa mengikat sedikit pun sehingga terjadi kebebasan yang tanpa batas (lost Controling) yang merugikan nya.

Sudah hilangnya rasa malu dan lemahnya pemahaman agama pada masyarakat yang membuat rusaknya moral masyakarat di abad ini.  Contoh kicilnya adalah budaya penyaluran perasaan suka dan ketertarikan pada lawan jenis pada pemuda yaitu dengan melalui pacaran.

Pemahaman seperti ini merupakan pemahaman yang salah. Kenapa demikian? Dikarenakan dari bebepa penelitian sebagian besar pemuda yang berada di Indonesia sudah pernah pacaran dan sebagian besar yang pacaran itu sudah tidak gadis lagi (tidak perawan).

Bukan hanya di sisi pemuda saja dari sisi orang tua (dewasa) kita banyak melihat bagaimana budaya masyakat kita yang selalu ngikut, para orang tua juga tidak malu – malu menggunakan pakaian yang kurang kain dan yang lebih paranya para suami mereka tidan melarang sehingga ini menjadi tontonan masyarakat kita dan sebagian besar sudah menganggapnya sebagai sebuah budaya kehidupan sehari-hari.

Banyak diskoti atau temap hiburan malam dan maraknya penjualan miniman dan obat-obatan terlarang di Negara ini menambah rusaknya moral dan etika masyarakat ini dan itu akan berefek kepada yang lainnya.

Dengan adanya maulid nabi ini mestinya menjadi cambukan keras bagi kita untuk terus memperbaiki diri kita untuk menjadi lebih baik lagi, lebih giat lagi membekali diri dengan ajaran (ilmu agama) serta berusaha menjalankan ajaran agama yang mulia ini sehingga masyarakat kita menjadi masyakat yang bermoral dan berakhlak mulia serta menjadi masyakat yang adil, damai, aman dan sejaterah. Sesungguhnya Inilah tujuan di peringatinya maulid nabi Muhammad saw. 

Implemtasi Rasa cinta kita kepada nabi Muhammad saw
Kadang kalah teori lebih mudah diucapkan namun sangat sulit untuk dilaksanakan, banyak orang yang selalu menggembirkan kalimat mari kita meneladani dan mengidolakan nabi Muhammad saw, namun sangat sedikit sekali ada yang bisa melealisasikan perkatanya ke dalam sebuah perbuatan nyata.

Kini yang mejadi pertanyaanya adalah bagaimana kita bisa merealisasikan nilai-nilai ke agamaan dalam kehidupan sehari hari?

Jawabannya adalah dengan meningkatkan keimanan dan memperbaiki akhlaknya.
a.      meningkatkan Keimanan dan ketakwaan kepada allah swt
Iman adalah kepercayaan yang terhujam kedalam hati dengan penuh keyakinan, tak ada perasaan syak (ragu-ragu) serta mempengaruhi orientasi kehidupan, sikap dan aktivitas keseharian.
Al Ghazali mengatakan iman adalah  “megucapkan dengan lidah, mengakui benarnya dengan hati dan mengamalkan dengan anggota badan”.
 

Pendidikan keimanan termasuk aspek pendidikan yang patut mendapat perhatian yang pertama dan utama. Pasalnya iman merupakan pilar yang mendasari keislaman seseorang, hal ini sejalan dengan pertumbuhan kepribadiannya. Nilai-nilai keimanan harus mulai diperkenalkan dengan cara :
a. memperkenalkan nama Allah SWT dan Rasul-Nya
b. memberikan gambaran tentang siapa pencipta alam raya ini melalui kisah-kisah teladan
c. memperkenalkan ke-Maha-Agungan Allah SWT .
 

Rasulullah SAW. adalah orang yang menjadi suri tauladan (Uswatun Hasanah) bagi umatnya, baik sebagai pemimpin maupun orang tua. Beliau mengajarkan pada umatnya bagaimana menanamkan nilai-nilai keimanan.
Ada lima pola dasar pembinaan iman (Aqidah) yang harus diberikan , yaitu membacakan kalimat tauhid , menanamkan kecintaan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, mengajarkan Al-Qur'an dan menanamkan nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan.

Pengajaran Al-Qur'an mempunyai pengaruh yang besar dalam menanamkan iman (aqidah) yang kuat. Pada saat pelajaran Al-Qur'an berlangsung secara bertahap mereka mulai dikenalkan pada satu keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan mereka dan Al-Qur'an adalah firman-firman-Nya yang diturunkan pada Nabi Muhammad SAW.
  
a. Ketakwaan merupaka hal yang utama dalam melakukan kegiatan kegiatan amal lainya, ketakwaan merupakan perilaku pendekatan diri kita kepada sang pencipta alam semesta ini. Korelasinya adalah keimanan tidak ada artinya tanpa ketakwaan dan sebaliknya. 
      b. Akhlak
Modernisasi yang merupakan buah karya langsung atau tidak langsung dari proses renaisance yang terjadi di Barat lima abad yang lalu, telah mendominasi pandangan masyarakat manusia dewasa ini. Berbagai segi kehidupan, sosial, budaya, politik, ekonomi dan pendidikan tidak bisa lepas dari pengaruh modernisme. Sehingga term modern selalu menjadi simbol atas kata yang menyertainya. Misalnya kata modern pada istilah gaya hidup modern, negara modern, dan lain-lain. Oleh karena itu, nilai-nilai yang dihasilkan atas nama modernisme seolah-olah merupakan suatu keniscayaan yang harus diikuti oleh semua orang.

Merambahnya paham modernisme pada setiap segi kehidupan juga membawa persoalan tersendiri bagi dunia pendidikan. Pengaruh terbesar adalah pada nilai moral atau akhlak. Kemerosotan akhlak yang tergambar dari perilaku keseharian siswa dapat dilihat dari banyaknya pemberitaan di media yang menyebutkan jumlah kenakalan remaja, terutama anak sekolah, semakin meningkat seiring kemajuan teknologi yang tidak terbendung lagi.

Sekolah sebagai benteng untuk membendung arus tersebut harus menghadapi tantangan berat. Parahnya, justru lembaga ini telah berubah menjadi basis kenakalan remaja dengan bersembunyi di balik istilah mode, gaul, gaya atau trend masa kini. Pendidikan akhlak pada akhirnya menjadi hal yang niscaya untuk tetap dibina dan dikembangkan pada setiap sekolah dalam rangka menyelamatkan siswa-siswi dari pengaruh di atas.

kepada siapa akhlak itu diwujudkan, dapat dilihat seperti berikut:
Akhlak kepada Allah, meliputi antara lain: ibadah kepada Allah, mencintai Allah, mencintai karena Allah, beramal karena allah, takut kepada Allah, tawadhu’, tawakkal kepada Allah, taubat, dan yakin kepada allah.

Akhlak kepada Rasulullah saw., meliputi antara lain: taat dan cinta kepada Rasulullah saw.

Akhlak kepada keluarga, meliputi antara lain: akhlak kepada ayah, kepada ibu, kepada anak, kepada nenek, kepada kakek, kepada paman, kepada keponakan, dan seterusnya.

Akhlak kepada orang lain, meliputi antara lain: akhlak kepada tetangga, akhlak kepada sesama muslim, kepada kaum lemah, dan sebagainya.

Akhlak kepada lingkungan, meliputi antara lain: menyayangi binatang, merawat tumbuhan, dan lain-lain.

Komentar